Jakarta- Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono menyerukan untuk bersatu padu dan maju. Dia menyatakan dengan tegas sekarang tidak ada lagi pendukung 01 (Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin) dan 02 (Prabowo Subianto – Sandiaga Uno).

“Jadi, kita tidak ada lagi 01, 02, tidak. Kita harus bersatu padu,” kata Hendro usai silaturahmi purnawirawan TNI di The Darmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (21/06).

Hendro mengingatkan bahwa negara yang lain sudah berlomba-lomba dalam meningkatkan kemajuan pembangunan seperti pembangunan tunnel. Jika Indonesia bisa fokus akan ada banyak penyerapan tenaga kerja.

“Orang lain sudah bikin tunel di bawah laut sampai berpuluh-puluh kilometer, kita masih ribut aja. Sekarang, berhentilah (ribut) biar rakyat rakyat sejahtera,” imbuhnya.

Ia juga menegaskan bahwa persaingan suda selesai dan waktunya untuk berkonsentrasi kembali menata bangsa.

“Lihat tadi yang nyanyi juga masih muda, yang mengarangnya saja sudah tua. Tidak apa, itu supaya menggerakkan kaum muda. Di depan kaum muda, yang tua, istirahat saja. Yang muda maju lagi,” ujarnya.

Hendro pun terkenang pernyataan dari founding father Proklamator RI Bung Karno yang mengingatkan pentingnya kembali kepada Pancasila dan UUD 1945.

“Kalau pada suatu kalian bingung ke mana jalannya revolusi ini, kembalilah kepada amanat penderitaan rakyat yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945,” ujarnya.

Selain itu, Hendro juga menyerukan untuk kembali kepada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Karena itu, dalam silaturahmi Jenderal (Purn) Try Sutrisno memimpin para purnawirawan membacakan Sumpah Prajurit dengan naskah yang asli.

“Kami ikut mengucap kembali Sumpah Prajurit yang belum pernah kami cabut. Jadi Sumpah Prajuritnya jangan diganti-ganti. Kalau kami lihat sudah mulai banyak diubah sana, ubah sini. Yang ubah sana-sini itu tidak jelas siapa itu, kok jadi tanpa makna,” katanya.

“Itu yang tadi kami paparkan sehingga ingat itu semua merupakan suatu keputusan bersama dalam sidang gabungan kepala staf pada 1945, pada saat Indonesia berjuang. Itu Sapta Marga namanya, dasar dari Sapta Marga adalah Sumpah Prajurit yang diajukan oleh Tahi Bonar Simatupang, Kepala Staf Angkatan Perang. Zaman dulu, masih asli untuk berjuang demi negara dan bangsa dan demi kemajuan rakyat,” pungkasnya. (Hari-www.harianindo.com)