Jakarta –
Proses negosiasi tarif impor antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih berlangsung. Indonesia juga berulang kali bertukar dokumen menjelang akhir periode negosiasi 8 Juli 2025, 90 hari setelah Presiden AS Donald Trump membuat pengumuman tarif.
Menteri Koordinasi untuk Ekonomi Airlangga Hartarto telah mengadakan beberapa pertemuan dengan Menteri Keuangan Kenneth Homer Besent dan Duta Besar Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (USTR) untuk membahas negosiasi 32% tarif timbal balik ke RI.
Airlangga berkata, selama pertukaran dokumen, AS tidak mengajukan permintaan tambahan ke Indonesia. Permintaan utama AS ke Indonesia adalah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara, di mana Republik Indonesia dicatat oleh surplus US $ 18-19 miliar.
“Tidak (ada permintaan baru dari AS), dan kemarin telah disampaikan. Menurut mereka (dokumen negosiasi AS ke AS) cukup mewakili keinginan Amerika,” kata Airlangga ketika bertemu di kantornya, Jakarta, Kamis (6/26/2025).
Baca juga: Menteri Perdagangan optimis bahwa perang Israel vs Iran tidak berpengaruh pada ekspor Indonesia
|
Saat ini, Airlangga mengatakan, pemerintah Indonesia hanya menunggu keputusan dari Presiden AS Donald Trump mengenai kerja sama antara perdagangan RI-AS Indonesia. Namun, ia optimis bahwa Trump masih akan membangun hubungan perdagangan yang baik dengan Indonesia.
“Dari percakapan kemarin cukup positif. Jadi sebenarnya kami telah bertukar dokumen beberapa kali. Dengan Sekretaris USTR dan Perdagangan Howard Lutnick juga berbicara,” katanya.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto juga telah mengadakan pembicaraan terkait negosiasi tarif minggu lalu. Tetapi Airlangga enggan mengungkapkan secara rinci isi dari dua percakapan.
“Jadi, sebenarnya kami telah berbicara antara menteri dan antara presiden telah berbicara. Kami sedang menunggu perkembangan lebih lanjut,” kata Airlangga.
(SHC/KIL)