Pertempuran di Kongo Menewaskan 40 Korban JiwaKongo – Dalam sebuah pertempuran yang terjadi di ibu kota Kinshasa, Republik Demokratik Kongo memakan korban bersenjata sekitar 40 jiwa. Dimana pertempuran tersebut berlansung sekitar satu bulan setelah terjadinya kesepakatan damai dengan pihak pemberontak.

Bahkan bangunan-bangunan yang ada di ibu kota Kinshasa termasuk didalamnya markas para tentara diperebutkan untuk mendapatkan kekuasaan, yang dilakukan oleh para pendukung dari Paul Joseph Mukungubila.

Seperti yang dikutip dari Sky News, Selasa (31/12/2013), Juru bicara pemerintah, Lambert Mende mengungkapkan bahwa ada sekitar 40 orang bersenjata dibunuh pasukan keamanan. Pihak keamanan berhasil mengontrol atas pertempuran tersebut.

Sebagaimana yang diketahui bahwa perlawanan ini tidak lain bertujuan untuk memperebutkan kekuasaan dari Presiden Joseph Kabila. Bahkan pihak kepolisian sebelumnya sudah memperketat penjagaan di gedung televisi yang dimiliki oleh Negara, walaupun sebenarnya sudah ada beberapa orang bersenjata yang disandera.

Dari keterangan seorang saksi mata mengungkapkan bahwa di kamp militer yang ada di Tshatshi sebelumnya juga telah terjadi penembakan. Informasi yang berkembang menyebutkan bahwa terjadi bentrokan diantara tentara dan juga para pendukung dari Makungubila tepatnya di kota pertambangan timur Lubumbashi.

Tidak dipungkiri bahwa selama ini memang Republik Demokratik Kongo (DRC) masih terus berjuang untuk dapat melepaskan diri dari bentuk kekerasan dan juga ketidakstabilan. Hal ini dikarenakan DRC merupakan rumah untuk 21 ribu atas misi perdamaian dari PBB.

Yang mengejutkan adalah sebelum penutupan stasiun televisi pemerintah, ada dua orang bersenjata yang berkonferensi pers menyampaikan pesan politiknya yang ditujukan kepada Presiden Joseph Kabila, yang telah berkuasa sejak tahun 2001.

Dalam pesan tersebut terungkap bahwa saat ini Makungubila telah datang untuk membebaskan dari perbudakan Rwanda. Bahkan Makungubila menyatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi abadi. Untuk diketahui bahwa ia pada tahun 2006 gagal mencalonkan dirinya sebagai presiden dan dikalahkan oleh Kabila. Saat ini ia yang memiliki suara lantang atas kesepakatan damai yang telah ditandatangani dengan kelompok pemberontak Tutsi pada bulan ini yang telah dipimpin oleh M23 tepatnya di Kongo Timur. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)