Jakarta – Tim peneliti China berhasil menemukan penemuan bahwa tikus memiliki dua gen untuk mengontrol ukuran tubuh seperti film fiksi ilmiah, Ant-Man.


Dua gen tersebut merupakan Pum1 dan Pum2. Profesor Xu Yujun selaku pemimpin studi dari Universitas Kedokteran Nanjing, Provinsi Jiangsu, China Timur, percaya bhwa studinya dapat digunakan sebagai metode baru untuk terapi tumor manusia.


Untuk melakukan pembuktian, tim menghilangkan gen Pum1 dan Pum2 pada embrio tikus. Hasil laporan yang diterbitkan di jurnal Cell Press menjelaskan bahwa ketika tikus lahir dengan kondisi kedua gennya sudah dihilangkan, tikus tersebut lahir dengan ukuran lebih kecil.

Ada efek pengecualian dari faktor lain seperti makanan dan hormon pertumbuhan.


Studi lebih lanjut mejelaskan bahwa embrio tikus tanpa gen Pum1 ukurannya lebih kecil, meski periode embrionik baru 13,5 hari.
“Hilangnya gen Pum1 tidak memengaruhi masa hidup dan kesehatan tikus,” kata Xu melansir portal berita Xinhua, Rabu (06/03/2019).
Hal itu dipastikan setelah Xu dan timnya melakukan pengamatan perkembangan tikus selama lebih dari 96 minggu, atau setara manusia berusia 70 tahun.


Selama waktu itu, tikus tidak menunjukkan kecacatan yang signifikan.
“Kami percaya tanpa gen Pum1 kecepatan pertumbuhan sel melambat yang menyebabkan pengurangan jumlah sel,” ujarnya.
Dia menjelaskan, gen memiliki peran pengaturan dalam proses RNA penghasil protein, sehingga dapat mengontrol proliferasi sel (fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan).Gen Pum1 memiliki pengaruh terhadap ukuran tikus, sedangkan gen Pum2 terhadap berat tikus.


Namun, efeknya tidak terlalu kelihatan seperti gen Pum1. Timnya mencapai kontrol yang tepat atas ukuran tikus setelah mereka menemukan hilangnya Pum1 atau Pum2 dapat berpengaruh terhadap ukuran tikus. “Hal ini memiliki potensi besar untuk mengobati tumor manusia,” kata Xu. ” Tumor adalah massa sel abnormal yang berkembang secara tak terkendali.


Sebab itu, terapi tumor manusia yang terbaru nantinya mungkin juga dapat menggunakan teknologi gen untuk mengatur kecepatan proliferasi sel,” jelasnya. (Hari-www.harianindo.com)