Ankara – Hubungan Turki dan Jerman kian panas. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali membombardir Jerman dengan kata-kata pedas.

Hubungan Turki-Jerman Kian Memburuk, Apa Penyebabnya ?

Pemicunya adalah izin yang diberikan Pemerintah Kota Frankfurt, Jerman, kepada etnis Kurdi untuk mengadakan aksi turun ke jalan Sabtu (18/3/2017). Padahal, dua minggu lalu mereka menolak massa pendukung Erdogan untuk menggelar kampanye referendum Turki.

Sekitar 30 ribu etnis Kurdi asal Turki terlibat dalam aksi tersebut. Massa yang berkumpul di Frankfurt itu berasal dari berbagai kota di Jerman. Mereka menuntut adanya demokrasi dan menolak referendum konstitusi Turki yang dilakukan bulan depan.

Referendum tersebut bakal membuat presiden yang berkuasa memiliki lebih banyak kekuatan untuk menerapkan kebijakan-kebijakan yang diinginkan. Mulai penentuan bujet, penunjukan menteri dan hakim, hingga pembubaran parlemen. Ada sekitar 1,4 juta warga Turki di Jerman yang bisa bersuara saat referendum berlangsung pada 16 April mendatang.

Sebagaimana diberitakan Reuters pada Rabu (22/3/2017), sebagian besar demonstran membawa bendera maupun banner yang bergambar simbol Kurdistan Workers Party (PKK). Kelompok tersebut dilarang di Turki dan dianggap sebagai teroris. Kelompok PKK memberontak sejak 1984 agar bisa mendirikan negara sendiri.

Baca juga: Terkait Rencana Penghancuran Misil Syria, Dubes Israel Dipanggil Otoritas Rusia

Sama seperti Turki, baik Uni Eropa (UE) maupun Amerika Serikat (AS) menganggap PKK adalah organisasi teroris. Namun, dalam aksi Sabtu lalu, massa bebas mengusung simbol maupun foto Pemimpin PKK Abdullah Ocalan.

’’Simbol dan slogan PKK itu tidak bisa diterima,’’ kata Ibrahim Kalin, juru bicara Erdogan. Dia juga menuding Jerman bermuka dua karena mengizinkan pendukung PKK untuk melakukan aksi. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)