Bagdad – Moqtada al-Sadr, selaku Ulama Syiah Irak berkeinginan agar pemerintahan Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi turun. Selain itu, Moqtada juga meminta perdana menteri untuk segera menggelar pemilihan umum (pemilu).

Moqtada menyuarakan hal tersebut karena aksi unjuk rasa nasional terjadi berlarut-larut. Bahkan sudah berlangsung selama tiga hari. Dalam aksi unjuk rasa tersebut telah memakan puluhan korban jiwa.

Moqtada, salah satu ulama kharismatik yang pernah memenangkan kursi parlemen terbesar pada pemilu tahun lalu. Moqtada berkeinginan agar seluruh pengikutnya di parlemen untuk memboikot sesi pembuatan undang-undang sampai pemerintah mengeluarkan program untuk kepentingan rakyat Irak.

“Pemilu baru harus secepatnya dilaksanakan yang diawasi oleh pemantau internasional. Unjuk rasa telah memakan korban jiwa,” ungkap ulama kharismatik tersebut.

Di sisi lain, Adel Abdul-Mahdi, selaku Perdana Menteri menyampaikan agar rakyat Irak tenang. Adel menyampaikan hal tersebut dengan berpidato dan disiarkan di televisi pemerintah. Adel berkeinginan agar para pemrotes supaya tidak mengikuti ‘pendukung keputusasaan’ dan untuk tidak membiarkan protes damai berubah menjadi kekerasan.

“Tuntutan untuk melakukan reformasi dan perang melawan korupsi sudah kami jalankan. Tuntutan ini sah, dan kami tidak membuat janji seperti pepesan kosong,” klaim Mahdi.

Seperti diketahui bahwa, unjuk rasa antipemerintah berubah menjadi kekerasan, di mana setidaknya 17 orang tewas di Baghdad dan 190 lainnya mengalami luka. (NRY-www.harianindo.com)