Wiesbaden – Patung bercat warna emas Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di kota Wiesbaden, Jerman, menjadi kontroversi. Awalnya, patung orang nomor satu di Turki itu dibangun sebagai bagian dari seni, namun tak lama setelah patung di pajang, banyak kritikan yang muncul.

Patung Erdogan di Jerman Menuai Banyak Kritik

Sebagaimana diberitakan situs rt.com pada Rabu (29/8/2018), patung Erdogan berdiri dalam pose sedang menunjuk. Patung ini dipajang di jantung kota Wiesbaden, Jerman pada Senin malam (27/8/2018) sebagai bagian dari festival seni Biennale. Namun patung itu dengan cepat menjadi sasaran orang-orang yang tidak suka dengan Erdogan dan mengotori patung tersebut

“Hitler Turki,” demikian bunyi salah satu hinaan yang tertulis di patung oleh orang yang tak suka dengan Erdogan.

Terlihat pula ada grafiti bergambar penis di sekitar kaki patung Erdogan.

Juru bicara kepolisian Wiesbaden, Jerman, mengatakan pihaknya mengetahui insiden pencoretan pada patung Erdogan ini, namun belum melakukan intervensi. Sumber di pemerintah Jerman mengatakan pihak berwenang di Wiesbaden, Jerman, telah memberikan izin pembuatan patung yang mirip manusia, tetapi tidak mengetahui patung itu adalah Erdogan. Menyusul kontroversi yang muncul, otoritas berwenang Jerman pun akan segera mendiskusikan nasib patung tersebut.

Baca juga: Donald Trump Nilai Email Hillary Clinton Sudah Dibajak Cina

Uwe Laufenberg, Menejer Teater Wiesbanden, mengatakan pemajangan patung Presiden Erdogan ini sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pembuatan patung Erdogan ini mengajak masyarakat untuk bicara soal Erdogan. Sebab dalam sebuah demokrasi seseorang harus mau membuka fikiran terhadap pandangan yang berbeda.

Pemajangan patung Erdogan terjadi saat ketegangan politik antara Jerman dan Turki menurun. Di Jerman, ada lebih dari tiga juta warga keturunan Turki. Hubungan bilateral Jerman-Turki mengalami puncak ketegangan pada 2017 saat Ankara mengecam Berlin atas sejumlah isu, termasuk ketika membandingkan kebijakan Turki dengan praktik-praktik Nazi. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)