Jakarta- Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta kepada aparat keamanan menindak tegas dan tidak segan menyerang balik pelaku penyanderaan dan penembakan Brigpol Anumerta Hedar. Anggota Polda Papua itu disandera kemudian dibunuh diduga oleh Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) di Kabupaten Puncak, Papua, Senin (12/08), kemarin.

“Apabila ada yang menyerang aparat polisi negara harus diselesaikan, harus diserang balik. Itu harus. Kalau diterima begitu saja itu salah,” ujar JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (13/08).

JK juga mengucapkan belasungkawa atas peristiwa tersebut. Menurutnya, penyerangan terhadap petugas memang sering terjadi di daerah konflik.

“Ya tentu kita merasa berduka cita. Memang di daerah konflik selalu ada korban. Tapi yang penting kita selesaikan masalahnya secara umum. Supaya Papua lebih aman,” katanya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto juga angkat bicara terkait kejadian yang menimpa Hedar.

Menurut Wiranto pasukan yang tertembak dan terluka saat mengamankan sebuah wilayah di Papua, dapat disebut bagaian dari operasi. Wiranto menganggap insiden tersebut bisa setiap saat terjadi.

“Ya kan kami sedang mengamankan daerah itu, ada yang ketembak, ada yang luka itu bagian dari operasi. Itu bisa setiap hari terjadi,” kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (13/08).

Wiranto lantas meminta masalah operasi pengamanan sebuah wilayah, termasuk di Papua, tidak perlu untuk dibahas kembali. Ia hanya meminta agar masyarakat mendoakan pasukan yang tengah bertugas mengamankan wilayah tersebut.

“Kita doakan supaya pasukan kita selamat. Kita doakan ada kesadaran bahwa pelaku-pelaku yang disebut KKSB itu,” ujarnya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menyatakan bahwa Hedar memiliki prestasi yang cukup baik dalam tugasnya mengungkap kasus berkaitan dengan KKSB.

Hedar diketahui telah melakukan penyelidikan terkait KKSB sejak 2016. Sejumlah penangkapan pernah dilakukan pria yang merupakan anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Papua tersebut.

“Briptu Hedar memiliki catatan prestasi yang cukup panjang. Yang bersangkutan sangat aktif dalam satgas pengungkapan kasus yang melibatkan KKB,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (13/08).

Pada 13 Oktober 2016, misalnya, Hedar berhasil melakukan penangkapan terhadap Damianus Magay Yogi yang merupakan Panglima KKB wilayah Totiyo-Paniai di Sentani, Jayapura. Selain itu Hedar juga melakukan penangkapan terhadap Jemy Magay Yogi yang merupakan KSAD KKB Totiyo-Paniai, Aloysius Kayame anggota KKB Totiyo-Paniai, dan Jona Wenda sebagai Jubir WPNCL.

Pada 11 November 2017, Hedar ikut ambil bagian dalam aksi pembebasan sandera warga Papua dan non Papua oleh KKB Tembagapura, di Kampung Banti, Distrik Tembagapura.

Kemudian pada 12 Mei 2018, Hedar melakukan penangkapan terhadap Yogor Telenggen, anggota KKB Lannyjaya di Kampung Usir. Pada 20 Juli 2018, Hedar menangkap Longgop Telenggen, anggota KKB Yambi.

Lalu pada 1 Agustus 2018, Hedar menangkap Wuyungga Tabuni anggota KKB Lannyjaya di Kampung Usir. Selanjutnya 17 Oktober 2018, Hedar menangkap Wemiles Tuwolom, penyuplai senjata dan amunisi KKB Yambi di Jayapura.

Pada 21 Januari 2019, Hedar menangkap Bumi Enumbi, anggota KKB Yambi. Dilanjutkan pada 21 Februari 2019 penangkapan dilakukan terhadap Paku Wanimbo, KKB Yambi.

Terakhir pada 3 Mei 2019, Hedar melakukan penggalangan terhadap senjata dan amunisi Ilaga atas nama Amole, serta mendapatkan dua pucuk senjata api laras panjang dan satu pucuk senjata api laras pendek beserta amunisinya.

Hedar tewas lantaran terkena tembak di bagian kepala saat melarikan diri ketika disandera oleh sekelompok orang diduga KKSB. Dia disandera pada Senin (12/08) sekitar pukul 11.00 WIT.

Diketahui Hedar disandera sekelompok orang yang diduga KKSB, ketika hendak melakukan penyelidikan dengan menyamar di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Dia mendatangi daerah Puncak Jaya dengan menggunakan sepeda motor bersama rekannya Bripka Alfonso.

Keduanya bertugas tanpa mengenakan seragam polisi dan tidak pula membawqa senjata. Mereka menyamar seperti warga untuk mencari informasi mengenai dugaan intimidasi KKSB terhadap sejumlah warga di sana.

Dedi sendiri mengungkapkan, Hedar sudah diawasi KKSB di Puncak Jaya ini. Mereka mengidentifikasi dan mencurigai orang-orang berdasarkan warna kulit.

“Ya (Dipantau) memang itu kan ada hal-hal khusus yang dicurigai, dari sisi warna kulit, penampilan berbeda, sangat mudah teridentifikasi,” ujarnya.

Hedar sendiri menyamar lantaran informasi didapatnya ada dugaan intimidasi oleh KKSB terhadap warga setempat. Dedi mengungkapkan bahwa intimidasi yang dilakukan KKSB di sana seperti perampasan bahan makanan, penganiayaan hingga pemerkosaan.

“Proses penyelidikan itu undercover, samaran, memang dapat informasi dari masyarakat, distrik tersebut sering didatangi oleh KKB yang melakukan tindak pidana lainnya lah,” pungkasnya. (Hr-www.harianindo.com)