Rusia Tolak Pembicaraan Baru di Jenewa Terkait Krisis Ukraina

Foto dari AFP

Moscow – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menolak usulan mengenai diadakannya pembicaraan baru di Jenewa terkait krisis yang terjadi di Ukraina. Seperti dilansir dari BBC (Selasa, 6/5/2014), Lavrov mengatakan bahwa pembicaraan baru tersebut tidak ada gunanya, karena melihat hasil pembicaraan sebelumnya, yang dibuat pada bulan April kemarin, belum terimplementasikan.

Dalam sebuah konferensi pers di Wina, Austria, pada Selasa kemarin (6/5), Lavrov mengatakan bahwa mengadakan pembicaraan lagi hanya akan seperti berputar-putar tanpa menemukan tujuan yang jelas. Lavrov beranggapan bahwa lebih baik Pemerintah Ukraina dan seluruh negara Barat pendukungnya terlebih dahulu menjalankan apa yang telah disepakati di Jenewa bulan lalu tersebut.

Adapun kewajiban itu meliputi seluruh pihak yang terlibat, termasuk kelompok separatis pro-Rusia yang berada di wilayah timur Ukraina. Kewajiban kelompok pro-Rusia di Ukraina sesuai perjanjian Jenewa adalah menghindarkan aksi kekerasan, mulai meninggalkan gedung pemerintah yang mereka duduki, sampai melucuti sendiri senjata mereka, dengan balasan berupa amnesti dari Pemerintah Ukraina.
Lavrov mengatakan pendapatnya ini setelah menghadiri sebuah pertemuan Dewan Eropa, yang bertujuan untuk mendukung rencana Ukraina untuk mengadakan pemilu pada 25 Mei mendatang. Lavrov mengatakan lagi bahwa rencana itu “aneh”, karena diadakan saat militer tengah digunakan untuk menghadapi rakyatnya sendiri.

Adapun Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Deshchytsia, mengatakan bahwa Ukraina siap mendukung diadakannya pembicaraan baru di Jenewa. Namun dukungan tersebut diberikan dengan syarat Rusia juga bersedia mendukung pemilu presiden di Ukraina. Deshchytsia juga mengusulkan diturunkannya tim pemantau internasional untuk mengawasi jalannya pemilu di Ukraina nanti. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)