Jakarta – Menjelang sidang putusan gugatan hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK), Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan memprediksi bahwa kubu Prabowo-Sandi akan kalah. Ia pun menyebut bahwa langkah PAN selanjutnya adalah untuk melakukan rekonsiliasi.

“Jadi melihat alat bukti yang dipresentasikan selama proses sidang MK, keputusan MK besok saya pikir bisa diprediksi. Dalam artian, gugatan Prabowo-Sandi akan ditolak oleh Mahkamah Konstitusi,” ujar Bara di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (26/06/2019).

“Oleh karena itu, kita akan meneruskan langkah selanjutnya menyuarakan rekonsiliasi, menyembuhkan luka-luka selama kampanye,” sambungnya.

Tak hanya rekonsiliasi, PAN juga berencana akan mengadakan rapat kerja nasional (rakernas) dengan tujuan untuk menentukan sikap dan langkah politik PAN dalam lima tahun ke depan. Menurut Bara, diadakannya rakernas bukan menunjukkan partai tersebut tak mau ‘ketinggalan kereta’.

“Rakernas dibuat setelah keputusan MK diumumkan sesuatu hal yang sangat normal. Ya memang seharusnya begitu. Jadi bukan hanya kita jangan-jangan kita ketinggalan bahwa kereta itu akan pergi meninggalkan PAN. Bukan itu pertimbangan utamanya. Kongres itu sesuai dengan jadwal awal tahun depan, Januari 2020,” tuturnya.

Baca Juga: Luthfi Yazid : “Kami, Kuasa Hukum Prabowo Sandi Sangat Yakin Permohonan Diterima”

Jika PAN benar-benar akan meninggalkan koalisi Prabowo-Sandi, hal tersebut bukanlah merupakan pembelotan. Menurut Bara, tiap partai memiliki hak untuk menentukan arah politiknya pasca putusan dari MK. Besar kemungkinan PAN akan merapat ke kubu Jokowi walaupun Bara juga mengakui adanya perdebatan mengenai hal tersebut. Untuk sikap Amien Rais, Bara tidak memberikan jawaban yang jelas.

“Saya pikir nanti semuanya kalau keputusan itu diambil akan menerima. Dan memang ini juga saya kemukakan beberapa kali, partai itu ingin besar tentu berarti itu secara institusi tidak tergantung pada satu orang dan tidak bisa kalau kita mengambil keputusan kita harus terus-menerus berpikir apakah satu orang ini akan suka atau tidak. Dan tidak bisa partai hanya digunakan sebagai kendaraan pribadi,” papar Bara.

“PAN adalah partai yang lahir dari gerakan reformasi. PAN harus menunjukkan partai yang berbeda yang betul-betul memperjuangkan ide, kami didirikan bukan hanya menjadi kendaraan politik pribadi seseorang saja tapi kami didirikan untuk memperjuangkan ide-ide Indonesia baru, reformasi, dan banyak tokoh PAN orang-orang yang aktif di reformasi,” imbuhnya. (Elhas-www.harianindo.com)