Jakarta – Dikabarkan bahwa Jakarta menempati posisi ketiga di bawah kota Pune di India dan Kota Kigali di Rwanda dalam perbaikan sistem transportasi di dunia. Meskipun demikian, prestasi tersebut dapat terwujud bukan karena hasil kerja gubernur yang menjabat sekarang.

Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, raihan tersebut dapat dicapai Jakarta berkat keterlibatan sejumlah pihak yang menyokong pembangunan transportasi massal di Jakarta.

“Tingkat pencapaian ini hasil kerja di masa lalu oleh beberapa pihak dan instansi,” kata Djoko pada Jumat (28/6).

Salah satu instansi yang terlibat adalah Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Melalui Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) bikinan BPTJ, pemerintah mampu menjalankan sejumlah kebijakan terkait transportasi umum.

Baca Juga: Soal Penataan Jakarta, Anies: “Harus Cepat Kembali Seperti 1998”

Perwujudannya dapat dilihat dari adanya peningkatan di moda transportasi Jakarta. Sebagai contoh, TransJakarta hanya memiliki 6 koridor pada tahun 2012. Baru pada tahun 2014 jumlah koridor meningkat sebanyak 39 dan mengalami lonjakan di tahun 2017 dengan sekitar 80 koridor TransJakarta.

“Selain itu pengguna KRL juga meningkat pesat sejak tahun 2013. Layanan hingga Rangkas Bitung dan Cikarang, artinya Direktorat Jendral Kereta Api juga banyak berbuat di sini,” terangnya.

“Ditambah lagi TransJakarta Jabodetabek membuat masyarakat beralih ke transportasi umum,” imbuh Djoko.

Berdasarkan contoh tersebut, Djoko menyimpulkan bahwa perkembangan pesat transportasi umum di Jakarta dimulai sejak tahun 2012. Perkembangan pesat tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada andil dari pemerintah provinsi sebelumnya. (Elhas-www.harianindo.com)