Jakarta – Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean angkat biacara terkait dengan tulisan Ustaz Felix Siauw yang melontarkan singgungan terhadap Pancasila.

Ferdinand Hutahaean melalui jejaring Twitter pribadinya berseloroh terkait pertanyaan Felix Siauw yang diberikan kepada netizen.

Melalui Twitter, ustaz asal Palembang itu menyoroti seseorang yang dinilai mengerti tentang Pancasila tapi enggan untuk berjabat tangan dengan teman politiknya .

Ia lantas mempertanyakan perilaku tersebut dan mengaitkan dengan pemahaman terkait dengan nilai-nilai Pancasila.

“Yang dianggap paling ngerti Pancasila, nggak mau salaman, nggak mau temenan sama (mantan) koleganya, mau nanya serius, jadi kita belajar Pancasila yang mana ya?” tanya Ustaz Felix Siauw, Kamis (03/10/2019).

Cuitan tersebut sontak menarik perhatian netizen untuk berkomentar, tak terkecuali Ferdinand Hutahaean yang sudah dikenal kerap berselancar di media sosial.

Menurut Ferdinand, Pancasila tidak memberikan aturan terkait dengan hubungan pertemanan antar politikus, namunyang berkaitan dengan kepentingan negara seperti hubungan rakyat Indonesia kepada sesama, pemerintah dan Tuhan.

“Pancasila itu mengatur hubungan manusia dan Tuhan, pemerintah dengan rakyat, demokrasi dan rakyat terhadap bangsanya. Bukan mengatur hubungan pertemanan antar sesama politisi dan sesama manusia,” jawab Ferdinand Hutahaean.

Jawaban Ferdinand tersebut mendapatkan dukungan dari sebagian netizen. Ada dari mereka yang melontarkan sindiran kepada Ustaz Felix Siauw seperti ini.

“Cieeee…bela ahy ni ye…..udah capek-capek jadi abu-abu salaman aja ga diterima….Nih Fer pertemanan politisi itu kan karena ada demokrasi yang berdasarkan Pancasila…kalau sesama pendukung nya saja tidak saling sapa mana pancasila no 3 nya ga dipakai??Hello….,” tulis seorang warganet.

Namun di lain pihak, warganet lainnya malah melontarkan hujatan kepada Ferdinand Hutahaean terkait opininya tentang Pancasila.

“Anda politisi, tapi maaf kalau komentar abang seperti ini berarti anda gak paham pancasila…manusia adalah subjektif dari pancasila, manusia yang mengejawantah, artinya mesti diinternalisasi dan aplikatif termasuk sesama manusia,” balas warganet lainnya. (Hr-www.harianindo.com)