Jakarta – Polisi memberikan kepastian bahwa jika bom yang dirakit mantan dosen IPB Abdul Basith bukan sekadar bom molotov. 29 bom tersebut memiliki daya ledak dan daya hancur yang kuat.

“Bahwa 29 barang yang diduga bom rakitan ini adalah betul-betul bom yang mempunyai daya ledak dan daya penghancur luar biasa. Mohon dipahami ini bukan bom molotov. Ini bom berdaya ledak tidak sesederhana bom molotov,” ujar Kabag Penum Kombes Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Kamis (03/10/2019).

Menurut Asep, unsur-unsur untuk bahan peledak tersebut telah terpenuhi sepenuhnya. Bom tersebut memiliki sumbu untuk memberikan picuan sumbu terdiri dari bubuk atau serbuk korek api. Ada deterjennya, ada juga paku.

“Andaikan ini meledak, daya hancurnya lebih tinggi. Tidak sesederhana bom molotov. Dampak pecahan kaca ini kan dirakitnya dalam satu botol. Kacanya akan menjadi bagian yang membahayakan, demikian juga paku-paku di sekitar botol tersebut yang dikemas dan dibalut di bagian (lakban) cokelat ini,” lanjutnya.

Basith dibekuk pasca baru saja pulang dari rumah seorang purnawirawan. Total ada sepuluh orang yang ditangkap saat mereka akan melakukan aksi kerusuhan dalam “Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI”.

Aksi Mujahid 212 yang telah dihelat Sabtu pagi (28/09/2019) di Patung Kuda, di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat tersebut berlangsung dengan lancar dan damai. Aksi Mujahid 212 tersebut menginginkan tuntutan untuk Presiden Jokowi segera turun dari jabatannya.

Dalam proses penyitaan juga terdapat granat yang ganas. Saat dibekuk, diketahui bahwa mereka memiliki skenario membuat rusuh Jakarta dengan membakar toko dan ruko. (Hr-www.harianindo.com)