Home > Ragam Berita > Nasional > Ketua PBNU Larang Penceramah Yang Tidak Mengerti Islam Memberikan Khotbah Salat Jumat

Ketua PBNU Larang Penceramah Yang Tidak Mengerti Islam Memberikan Khotbah Salat Jumat

Jakarta – Juru Bicara Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto sebelumnya mengatakan pihaknya mendapat laporan dari Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) NU bahwa ada 50 penceramah di 41 masjid lingkungan pemerintah terpapar radikal.

Ketua PBNU Larang Penceramah Yang Tidak Mengerti Islam Memberikan Khotbah Salat Jumat

Ilustrasi

Mengetahui hal tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj angkat bicara. Said dengan tegas melarang penceramah atau khatib yang tidak mengerti agama Islam untuk memberikan khotbah salat Jumat.

“Sebaiknya khatib itu harus mengerti agama, tidak, jangan sembarang. Kalau yang tidak [mengerti agama], jangan coba-coba jadi khatib Jumat,” kata Said saat ditemui usai Acara Pengukuhan Pimpinan Ikatan Sarjana NU (ISNU), di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu (25/11/2018).

Lebih lanjut Said menjelaskan bahwasanya ia merasa khawatir nantinya khatib dengan ilmu agama yang ‘cetek’ sering kali kekurangan bahan untuk khotbah. Dengan begitu, akhirnya yang disampaikan justru paham-paham radikalisme.

“Karena mereka khotbah, khotib-khotibnya tidak berilmu. Tidak mumpuni, jadi apa yang akan disampaikan adalah yang paling gampang, radikalisme,” jelasnya.

Baca juga : Wiranto Beberkan Cerita Tentang Perjuangan Pengesahan UU Terorisme di DPR

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Musa. Ali mengatakan bahwasanya ada dua solusi untuk mencegah peredaran radikalisme di masjid. Solusi yang pertama adalah Kementerian Agama (Kemenag) bisa melakukan dialog dengan para dai dan khatib terkait konten khotbah yang akan dibawakan di masjid.

“Pembicaraan antara dai-dai yang cukup punya nama tapi pengetahuan nya belum mendalam, maka konteks itu Kemenag bisa ajak dialog sehingga ketika dakwah itu kontennya bisa sangat dalam,” bebernya.

Kemudian solusi yang kedua adalah masyarakat juga harus aktif dalam penangkalan konten radikalisme di masjid ini. Ia mengatakan masyarakat bisa menyaring konten-konten atau ajakan apa yang bisa berdampak positif bagi kehidupannya.

“Yang kedua masyrakat sendiri menginginkan ada siraman rohani, dengan demikian kami berharap masyraakat luas juga bisa memilah-memilah mana ajaraan ajakan dari dai yang betul-betul bisa menenangkan jiwa,” pungkas Ali.
(Muspri-www.harianindo.com)

x

Check Also

Ancam Akan Bunuh Jokowi, Pria Bersorban Hijau Ditangkap Polisi

Ancam Akan Bunuh Jokowi, Pria Bersorban Hijau Ditangkap Polisi

Jakarta – Polisi segera menindaklanjuti laporan terhadap ancaman terhadap Presiden Jokowi yang videonya menjadi viral ...


Warning: A non-numeric value encountered in /srv/users/serverpilot/apps/harianindo/public/wp-content/plugins/mashshare-sharebar/includes/template-functions.php on line 135