Massa Pro-Rusia Serbu Gedung Pemerintahan di Tiga Wilayah Ukraina

Reuters

Kiev – Diberitakan bahwa massa pemrotes pro-Rusia menyerang gedung pemerintahan di tiga wilayah di Ukraina. Seperti dilansir dari BBC (Minggu, 6/4/2014), serangan anarkis tersebut terjadi di tiga kota di sebelah timur Ukraina, yakni Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv. Massa pro-Rusia tersebut bentrok dengan polisis setempat, mengibarkan bendera Rusia dari beberapa gedung, dan meminta diadakannnya referendum secara independen. Terkait hal ini, Presiden Sementara Ukraina langsung mengadakan pertemuan darurat.

Bentrok ini terjadi sebagai efek dari rangkaian krisis Ukraina. Krisis tersebut dimulai dari pelengseran presiden Ukraina terdahulu yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, sampai pada aneksasi Crimea oleh Rusia dari Ukraina. Campur tangan Rusia dinilai oleh Presiden Rusia, Vladimir Putrin, sebagai langkah wajib Rusia untuk melindungi populasi masyarakat yang berbahasa Rusia dan, tentunya, beretnik Rusia yang tersebar di wilayah Ukraina.

Presiden Sementara Ukraina, Oleksander Turchynov, membatalkan kunjungannya ke Lithuania. Dirinya mengumpulkan petinggi keamanan nasional dalam sebuah pertemuan darurat untuk mengatasi masalah ini.

Di wilayah Donetsk, terjadi kerusuhan yang disebut-sebut sebagai yang paling anarkis, kelompok besar massa pro-Rusia melepaskan diri dari sebuah keramaian pemrotes yang berjalan menuju alun-alun kota, dan kemudian mereka segera menyerang gedung pemerintahan dan mendudukinya. Setelah sempat bentrok dengan polisis anti huru-hara, mereka berhasil menembus barikade dan memasuki gedung secara paksa. Di gedung pemerintahan inilah kemudian mereka menggantungkan bendera Rusia dan beberapa spanduk. Massa ini kemudian meneriakkan dukungan kepada Rusia.
Juru bicara kepolisian Donetsk, Ihor Dyomin, mengatakan sekitar 1000 orang terlibat aksi anarkis tersebut. 100 diantaranya berada di dalam gedung dan membuat barikade.

Di Luhansk, polisi menembakkan gas air mata kepad lusinan pemrotes yang menyerang gedung keamanan setempat. Mereka berusaha membebeaskan 15 aktivis pro-Rusia yang ditangkap karena dituduh merencanakan aksi protes yang bersifat anarkis. Diberitakan dua orang terluka dalam aksi ini.

Sementara itu, di Kharkiv, keadaan juga sama persis. Massa berhasil memasuki gedung pemerintahan setelah menembus barisan pertahanan polisi. Mereka mengibarkan bendera Rusia dari jendela gedung tersebut yang disambut dengan teriakan dukungan dari massa yang berada di luar. Polisi menolak membalas serangan dengan menggunakan kekerasan, dan memilih menyingkir dari wilayah gedung pemerintahan tersebut.

Menteri Dalam Negeri Ukraina, Arsen Avakov, menuduh Presiden Putin dan Yanukovych berada di belakang aksi ini. Dia menuduh dua orang tersebut telah memerintahkan bahkan membayar kelompok tadi untuk melakukan kerusuhan. Dalam akun Facebook resminya, dia mengatakan bahwa massa yang mengacau tidak begitu banyak, namun mereka sangat agresif. Situasi akan dicoba ditangani tanpa adanya “kucuran darah”. Namun tetap, pendekatan tegas akan diterapkan kepada siapa saja yang melakukan aksi pengrusakan gedung pemerintahan, penyerangan petugas keamanan, dan warga sipil sesuai hukum yang berlaku.

Sejak berdirinya, pemerintahan baru Ukraina memang mendapatkan perlawanan yang terus-menerus dari massa oposisi yang berbahasa, beretnik, dan pro Rusia. Terjadi kekhawatiran bahwa akan terjadi diskriminasi terhadap populasi ini saat “Ukraina baru” memilih berpihak kepada Uni Eropa. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)