Jakarta – Tudingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait adanya eksploitasi anak dalam audisi bulu tangkis membuat PB Djarum menghentikan program audisinya untuk tahun 2020. Hal tersebut memantik protes dari para orang tua peserta audisi.
Salah satunya adalah Parjimin, orang tua peserta asal Boyolali tersebut menyayangkan keputusan penghentian audisi tersebut. Ia juga mempertanyakan maksud dari tudingan KPAI tentang eksploitasi anak.
“Kami sangat sedih jika tahun depan benar-benar tidak ada Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum,” kata Parjimin pada Minggu (8/9/2019).
“Pihak KPAI yang mengatakan jika adanya eksploitasi anak itu yang bagaimana, mohon dijelaskan,” lanjut Parjimin.
Parjimin beserta wali murid lainnya tidak setuju dengan penghentian tersebut. Menurutnya, tanpa adanya audisi PB Djarum, anak-anak dari keluarga miskin tidak lagi mampu menyalurkan bakat mereka dan mendapat beasiswa di olah raga bulu tangkis.
Baca Juga: KPAI Tegaskan Tak Punya Niat Hentikan Audisi Bulu Tangkis PB Djarum
Sama seperti orang tua lainnya, Aris Amaludin pun kecewa dengan keputusan tersebut. Ia memandang bahwa seharusnya publik bisa membedakan antara bisnis rokok dengan pembinaan prestasi.
“Djarum memang identik dengan rokok, tetapi harus dibedakan mana bisnis dan mana yang prestasi,” kata Aris.
Dengan menuduh PB Djarum mengeksploitasi anak-anak, Aris memandang bahwa KPAI sama halnya dengan memotong prestasi. Ia pun mengatakan bahwa sah-sah saja KPAI berkata demikian asal mereka memiliki opsi sponsor yang lebih besar.
Para orang tua pun mempertanyakan nasib anak-anak mereka yang sudah bergabung dalam program PB Djarum tersebut. Karena bagi mereka, pemberhentian program audisi bulu tangis jelas sangat terasa dampaknya. (Elhas-www.harianindo.com)