Jakarta – Ucapan dari oknum yang diduga sebagai aparat keamanan saat menggrebek sejumlah mahasiswa di asrama mahasiswa Papua, Jalan Kalasan No.10, Surabaya, Jawa Timur pada Jumat diduga menjadi pemantik ribuan massa mengamuk dan rusuh di Manokwari, Senin (19/08/2019).

Diduga oknum itu mengucapkan sejumlah kata “kebun binatang” saat menangkap mahasiswa asal bumi Cendrawasih itu. Mereka sempat menangkap para mahasiswa itu dengan dugaan perusakan bendera yang diadukan ke kepolisian pada 16 Agustus.

Dalam insiden di Surabaya itu para mahasiswa menyatakan tidak tahu menahu atas rusaknya bendera tersebut, selain itu tidak ditemukan bukti lain yang menyatakan mahasiswa merusak bendera. Akhirnya mereka dilepaskan pada 17 Agustus tengah malam.

“Rusuh di Manokwari pagi ini akibat video viral di medsos. Mereka tidak terima dengan sebutan ucapan (penghinaan) itu. Artinya ada penghinaanlah. Tapi di medsos kan belum tentu akunnya asli, masih didalami teman-teman siber. Intinya itu kemudian mereka unjuk rasa dan rusuh,” kata Karo Penmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri Senin .

Dedi menyatakan bahwa belum mengetahui apa saja yang ludes dibakar massa yang marah lantaran tindakan oknum yang tidak berdasar pada jargon profesional, modern, dan terpercaya itu. Yang jelas polisi di Papua masih melakukan negosiasi dengan mahasiswa dan tokoh masyarakat di sana.

“Singkatnya spontanitas mahasiswa tadi pagi melakukan unjuk rasa dan kemudian masyarakat bergabung dengan mahasiswa dan menyampaikan aspirasinya dengan cara memblokir seluruh perempatan jalan. Dengan kejadian itu kapolda bersama seluruh jajaran berkomunikasi dengan massa. Silahkan menyampaikan aspirasi tapi jangan anarkis,” lanjutnya.

Menurut Dedi sebenarnya situasi sempat kondusif namun kembali mengalami peningkatan tensi pada siang hari waktu setempat. Fasum dan fasos serta kendaraan dibakar. Hampir semua titik di jalan-jalan di provinsi yang digawangi oleh Brigjen Herry Nahak sebagai Kapolda itu diblokir

Kapolda Papua Barat Brigjen Rudolf Heri Nahak telah mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan segala sesuatu yang dilontarkan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Aparat Polri dan TNI masih terus melakukan pengamanan dan pendekatan agar suasana di Manokwari Papua Barat berangsung konduaif. Menurut Dedi mengatasi kebrutalan massa ini pihak kepolisian mengedepankan negosiasi dengan para pendemo. Polisi juga berupaya membuka blokade jalan.

“Nggak ada penembakan. Yang di Provinsi Papua juga sudah saya tanya tapi belum ada jawaban. Semua data masih dikumpulkan,” lanjutnya.

Sementara itu suasana di Manokwari yang merupakan ibukota Papua Barat masih terlihat begitu mencekam. Toko-toko ditutup lantaran takut jadi sasaran amukan massa yang tidak dapat dikendalikan.

Masyarakat setempat dilaporkan memilih berdiam diri di dalam rumah lantaran takut untuk dijadikan target amukan massa. Aksi massa di Manokwari membuat arus lalu lintas di sana lumpuh lantaran sejumlah jalanan diblokir. (Hr-www.harianindo.com)